Depresi

Depresi
Pendahuluan
Depresi adalah suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan somatik maupun gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan ke dalam gangguan afektif.
Depresi yang nyata memiliki trias yang nyata yaitu: 1). Tertekannya perasaan, 2). Kesulitan berpikir, 3) kelambatan psikomotor, misalnya: mudah lelah, kurang antusias, kurang energi, ragu-ragu, keluhan somatik yang tidak menentu.

Epidemiologi
Insiden depresi rendah pada umur 10 sampai 14 tahun dan tinggi pada umur 18 ampai umur 24 tahun. Gejala memberat seiring dengan bertambahnya usia.
Prevalensi gangguan depresi dengan depresi berat 0,4- 6,4% sedang gangguan dismtimik adalah 1,6- 8% dan ganggua bipolar 1%. Sekitar 40- 70% komorbiditas dengan gangguan jiwa lain ( penyimpangan perilaku, penyalahgunaan obat, penyimpangan seksual, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif, anxietas, anoreksia nervosa, problem sekolah). Rasio perempuan dibandingkan laki-laki adalah 2:1.
Depresi mulai timbul pada usia 20, 30 atau 40 tahun. Suatu episode depresi biasanya berlangsung selama 6-9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih.
Penyebab dan Psikodinamika
1) Faktor psikologis
a. Kehilangan obyek cinta kemudian individu mengadakan introyeksi yang ambivalen dari obyek cinta tersebut atau rasa marah diarahkan pada diri sendiri.
b. Intrepretasi yang negatif terhadap diri sendiri sehingga timbul tidak berdaya dan putus asa.
c. Tidak dapat menyelesaikan permasalahan atau peristiwa misalnya pendidikan, pekerjaan dan keuangan.
d. Hubungan interpersonal yang buruk dengan keluarga atau teman
e. Tidak mampu mengendalikan diri
2) Faktor biologis
a. Faktor neurokimia, yaitu mono-amine neurotransmitters (norepinephrine dan serotonin). Kekurangan dari zat tersebut menyebabkan depresi.
– Defisit aktifitas serotonergik sentral yang akan meningkatkan kerentanan terhadap depresi berat. Ini bisa disebabkan karena abnormalitas metabolisme serotonin, penurunan triptofan ke otak, perubahan aktivitas triptofan hidroksilase, penurunan sintetis serotonin, berkurangnya pelepasan serotonin di neuron parasinaptik, perubahan re-uptake serotonin,peningkatan metabolisme serotonin, abnormalitas sensitivitas reseptor serotonin sinaptik, interaksi abnormal antara subtipe reseptor serotonin (reseptor 5-HT 2)
– Penurunan kadar MHPG (3 methoxy 4 hydroxyphenylgycol) urin.
– Kerusakan lobus frontalis otak yang banyak berhubungan dengan ganglia basales dan sistem limbik.
– Penurunan konsentrasi metabolit serotonin (5 HT) yaitu 5 hydroxy indole acetic acid (5 HIAA)
b. Faktor neuro endokrin.
– Terdapat sekresi yang berlebihan dari kortisol yang diperiksa dengan Dexamethazone suppression test (DST).
– Perubahan ritme biologis (suhu, hormon)
– Peningkatan berlebihan kadar hormon pertumbuhan (Growth hormone)
– Kadar fungsi tiroid normal namun kadar total tiroid menurun.
3) Faktor neuro-immunologis
Zat-zat immunologis terlalu aktif sehingga merusak susunan sistem saraf pusat.
4) Teori genetik
Resiko untuk terjadinya depresi meningkat antara 20-40% untuk keluarga keturunan pertama. Untuk kembar monozygot berkisar 53-69% sedang depresi untuk dyzigot 19%.

Macam-Macam Depresi
1. Gangguan afektif bipolar
A. Gangguan afektif bipolar I (depresi-manik)]
B. Gangguan afektif bipolar II (depresi-hipomanik)
2. Ganggguan depresi berat atau mayor.
3. Gangguan distmik
4. Gangguan penyesuaian dengan afek depresi.
5. Siklotimoa

Ada juga yang membagi depresi ke dalam 3 kelompok yaitu:
1. Depresi akut, memiliki ciri-ciri manifestasi gejala depresi jelas (nyata), ada trauma psikologis berat yang mendadak sebelum timbulnya gejala depresi.
2. Depresi kronis, memiliki ciri-ciri gejala depresi jelas (nyata), tetapi tidak ada faktor pencetus yang mendadakl.
3. Depresi terselubung, gejala depresi tek jelas tetapi menunjukkan gejala lain misalnya: hiperaktif, tingkah laku agresif, psikosomatis, hipokondriasis, delikuensi dan sebagainya.

– Pembagian Depresi(menurut PPDGJ-III)
 DEPRESI RINGAN ( tanpa atau dengan gejala somatik )
• 2 gejala mayor
• 2 gejala minor
• Berlangsung 2 mgg
 DEPRESI SEDANG ( tanpa atau dengan gejala somatik )
• 2 gejala mayor
• 2 gejala minor
• Berlangsung 2 mgg
 DEPRESI BERAT (tanpa gejala Psikotik atau dengan gejala Psikotik)
• 3 gejala mayor
• 4 gejala minor
• Berlangsung 2 mgg (atau bila gejala sangat berat atau onset sangat cepat)
Ciri Psikotik : waham, halusinasi, stupor depresif
 GANGGUAN DEPRESI BERULANG
• Episode berulang dari Depresi
• Tanpa adanya episode tersendiri peninggian mood & hiperaktif yang memenuhi kriteria mania
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna antar episode
• Jika ternyata terjadi episode manik à diagnosis menjagi gangguan afektif bipolar

Diagnosis
Kriteria diagnosis depresi menurut PPDGJ III adalah:
I. Gejala-gejala yang perlu diperhatikan:
A. Gejala utama:
1. Suasana perasaan yang tertekan sepanjang hari.
2. Kehilangan minat dan gairah pada hampir segala aktifitas, yang dirasakan sepanjang hari.
3. Mudah lelah dan menurunkan aktifitas.
B. Gejala tambahan
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Harga diri dan rasa percaya diri berkurang.
3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan suram yang suram dan pesimistik.
5. Insomnia dan hipersomnia
6. Nafsu makan berkurang.
7. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau pikiran untuk bunuh diri.
II. Diagnosis depresi ringan sampai berat, minimum meliputi dua gejala dari kelompok A dan dua gejala dari kelompok B.
III. Gejala depresi ini minimal telah berlangsung dua minggu.
IV. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Ada riwayat pernah mengalami depresi.
2. Ada riwayat anggota keluarga mengelami depresi
3. Ada anggota keluarga yang pernah mencoba bunuh diri
4. Ada riwayat penyakit fisik yang sering terjadi atau berulang
5. Riwayat penyalahgunaan zat
6. Baru-baru ini mengalami kejadian berat dalam hidup dan tidak mempunyai dukungan yang cukup dari lingkungan.

Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
A. Terapi keluarga
– Melibatkan seluruh anggota keluarga
– Anggota keluarga yang bermakna dengan gangguan depresi dilibatkan dalam terapi
– Diharapkan keluarga mampu mendengarkan aktif, memberi umpan balik positif dan negatif, menggubah perilakunya.
– Fokus terapi adalah interaksidalam keluarga.
– Dicapai penurunan derajat depresi dan perbaikan interaksi dalam keluarga.
B. Psikoterapi interpersonal
– Fase pertama, identifikasi pola interpersonal yeng menimbulkan kognisi depresi. Diharapkan terbentuk hubungan teurapetik.
– Fase kedua, strategi mengubah komunikasi interpersonal.
– Fase ketiga, menerapkan cara-cara untuk mengubah komunikasi interrpersonal.
C. Terapi perilaku kognitif
– Tujuannya adalah mengurangi sikap menghykum dan menyalahkan diri sendiri, berpikir selalu positif dan meningkatkan kemampuan sosial.
– Terfokus terapi pada penderita.
– Orang tua juga terlibat.
– Peranan aktif therapis (koolaborasi terapis dan anak).
– Mengajar penderita memantau dan catat pikiran serta perilakunya.
– Kombinasi beberap prosedur.
– Dapt berkelompok.
– Intervensi orang tua untuk penilaian perilaku.
2. Terapi dengan obat-obatan
A. ADT (Anti Depresan Trisiklik)
– Imipramin (Trofranil) dosis rata-rata (mg/hari) adalah 75-300.
– Amitriptilin (Laroxyl) dosis rata-rata (mg/hari) adalah 75-300.
B. Genarasi kedua antidepresan
– Maproptilin (Ludiomil dosis rata0rata (mg/hari) 100-225
– Trazodon (Trazone) dosis rata-rata (mg/hari) 150-600
– Mianserin (Tolvon) dosis rata-rata (mg/hari) 25-100
– Amineptine (survector) yang merupakan antidepresan dopaminergik
C. Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
– Sertalin (Zoloft) dosis rata-rata (mg/hari) 50-150
– Paroksetin (Seroxat dosis rata-rata (mg/hari) 20-50
– Fluksetin (Prozac) dosis rata-rata (mg/hari)10-40
D. Monoamine Oxidase Inhibitor (tipe A)
– RIMA (Aurorix) dosis rata-rata (mg/hari 100-200
E. Lithium (gangguan bipolar episode depresi
F. Neuroleptika (depresi dengan ciri-ciri psikosis)
3. Psikososial
4. ECT (Electro Convulsan Therapy)
Terapi elektrokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat, terutama pada:
– penderita psikotik
– penderita yang mengancam akan melakukan bunuh diri
– penderita yang tidak mau makan.
Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi.
Elektroda dipasang di kepala dan aliran listrik diberikan untuk merangsang kejang di dalam otak. Untuk alasan yang tidak dimengerti, kejang ini menyebabkan berkurangnya depresi. Pengobatan dilakukan sebanyak 5-7 kali.
Aliran listrik bisa menyebabkan kontraksi otot dan nyeri, sehingga penderita dibius total selama pengobatan.
ECT bisa menyebabkan hilangnya ingatan untuk sementara waktu.

Prognosis
A.
Tanpa pengobatan
– Bila episode berlangsung enam bulan/lebih. Bisa terjadi remisi lengkap gejala dan fungsi kembali ke tingkat premorbid.
– Pasien dengan episode baru, 5% mengalami manik (bipolar).
– Bunuh diri, 1 % depresi akut dan 25 % depresi kronis.
B. Prognosis dengan terapi
– Dengan antidepresan mulai resolusi beberapa gejala setelah 4-6 minggu
– Penggunaan yang adekuat (6-8 bulan) mengurang kekambuhan/

Daftar pustaka
– Prof.dr.soetjiningsih, SpA(K), IBCLC. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:Sagung Seto
– Mark B Mengel, MD, MPH dan L Peter Schwiebert, MD. 1995.Referensi Manual Kedokteran Keluarga. Jakarta:Hipokrates.
– Kaplan dan Sadock. 1994. Sinopsis Psikiatri, Ilmu pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.New York: New York University Medical Center.
– PPDGJ III

Tinggalkan komentar